HPSN 2020: Guys!, Sampah Bukan Musuh, Malah Untung

LiputanTODAY.Com (MAKASSAR) – Lima belas tahun lalu, tepatnya 21 Februari 2005 terjadi musibah yang menelan korban jiwa setelah gunungan sampah di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPA) Leuwigajah Cimahi longsor.

Akibatnya, 147 orang meninggal dunia. Peristiwa kelam tersebut menjadi moment peringatan Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN). Hal ini sebagai pengingat dan titik awal komitmen secara nasional agar pengelolaan sampah lebih berwawasan lingkungan, salah satunya adalah dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Bencana dari pengelolaan sampah yang buruk juga terjadi akhir tahun 2019 di Makassar Sulawesi Selatan. Selama kurang lebih 15 jam kebakaran dahsyat melanda Tempat Penampungan Akhir (TPA) Antang di Kelurahan Tamangapa, Kecamatan Manggala, Makassar.

Kebakaran hebat ini menyisakan asap tebal yang mengitari permukiman dan ruas jalan sehingga mengganggu aktivitas masyarakat. Untungnya tidak ada korban jiwa, tetapi 10 ekor sapi dilaporkan mati karena bencana ini.

Dampak pengelololaan yang buruk apabila dibiarkan akan menimbulkan bencana yang tidak bisa dihindarkan dimanapun kita berada. Belajar dari sejarah kelam tersebut, BBKSDA Sulsel selaku UPT Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang bertugas mengelola 15 Kawasan Konservasi berupaya menggerakkan energi positif seluruh warga Kota Makassar sampai warga yang tinggal di dekat Kawasan konservasi untuk berbuat lebih nyata, yaitu merubah paradigma terhadap sampah.

“Bekerjasama dengan Pemda dan Satker KLHK Sulawesi Selatan serta mitra, kami membuat jadwal Street Campaign atau Kampanye Jalanan di lokasi strategis untuk lebih dekat dengan masyarakat untuk mengedukasi konservasi dan pengelolaan sampah merupakan salah satunya,” kata Kepala BBKSDA Sulsel melalui rilis tertulisnya kepada media Makassar, Jumat (21/02/2020).

Kepala Balai Besar KSDA Sulsel Ir.Thomas Nifinluri, M.Sc menyebutkan, awal tahun 2020 ini kami sudah rapat bersama mitra-mitra kami, Pemda dan stakeholder lainnya untuk saling berkolaborasi satu sama lainnya untuk terjun ke masyarakat. Mulai dari pembagian bibit, kerja bakti aksi pilah sampah akan kita galakan di setiap street campaign pada Minggu 23 Februari 2020, kami akan ada di Car Free day di Jalan Ratulangi Lapangan Sudirman,” Jelas Thomas.

Ia menambahkan, street campaign adalah salah satu contoh giat yang kami lakukan untuk mengubah paradigma berfikir warga kota terhadap sampah, dengan gerakan mengolah sampah mandiri 3 R (reduce, reuse, dan recycle).

Sementara menurut Kabag TU BBKSDA Sulsel, Ellyana Said yang juga penulis buku “Merawat Bumi” mengatakan, Prinsip 3 R dapat dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan di mana saja, yang dibutuhkan adalah waktu dan kepedulian kita terhadap lingkungan, tindakan dan perilaku kita, bagaimana mengubah perilaku dan cara kita mengatasi masalah sampah ini.

Contoh bila kita ke Pasar atau ke tempat belanja, membawa keranjang untuk mengurangi pemakaian kantong plastik, serta mengolah kembali (daur ulang) sampah menjadi barang atau produk baru yang bermanfaat (Recycle). “Guys!, Jadikan sampah sebagai kawan bukan musuh yang bisa mendatangkan keuntungan,” ujar Ellyana.

Lantas, bagaimana dengan warga yang tinggal di sekitaran Hutan atau perbatasan Kawasan konservasi, apakah sama pengelolaan sampahnya ?, Iya!, Sama. Penerapan 3 R mandiri oleh masyarakat sekitar hutan dapat dilakukan.

“Pengelolaan sampah dan membuat sampah menguntungkan itu ada caranya, salah satunya inovasi yang dilakukan oleh Bidang Wilayah II Pare-pare tepatnya di TWA Lejja, bersama mitra Bank Sampah Mario Binaan Seksi Konservasi Wilayah III di Launching akhir tahun 2019 lalu. Di Bank Sampah Mario ini warga bisa menabung sampah, berbelanja, dan menjual sampahnya,” pesan Kabag TU dan Humas BBKSDA Sulsel ini. (Red/Sub/Awg).